CUACA EKSTRIM di SULUT AKHIRNYA MAKAN KORBAN
Rabu, 22 Desember 2010 , 11:23:00 2 Bocah Manado Tewas Terkubur TIDAK SEMPAT DITOLONG: Farel Supit (4 tahun) saat dievakuasi oleh Badan SAR, tadi malam. MANADO-Cuaca ekstrim yang terus melanda Kota Manado dan sekitarnya, memakan korban jiwa. Rabu (21/12) kemarin, sekitar pukul 19.30 Wita, dua bocah tewas dan tiga warga Dendengan Luar lainnya cedera, setelah rumah mereka tertimbun tanah longsor. Dua bocah yang tewas yakni Farel Supit (4 tahun) anak bungsu dari Keluarga Supit-Lombok dan Meylan Kumaat (1 tahun), anak keluarga Kumaat-Supit. Farel tewas di lokasi peristiwa akibat tertimbun tanah, sementara Meylan tewas dalam perjalanan ke rumah sakit. Kondisi Meylan sangat parah, karena kepala dan badannya dihantam beton rumah yang ambruk. Korban lainnya yang selamat Chelsea Kumaat (3), kakak korban dan Meyta Supit (30), ibu korban. Juga ipar Meyta yakni Vita Lombok (25), walau pun tangan dan kaki kirinya patah. Tanah longsor yang terjadi akibat hujan yang terus mengguyur daerah ini, hanya menimpa satu rumah. Namun di dalam rumah yang terletak di Kelurahan Dendengan Luar Lingkungan II tersebut, ditempati dua keluarga. Yakni Keluarga Kumaat Supit dan Supit Lombok. Bagaimana kedua balita tersebut sampai tertimbun longsor. Cerita memilukan ini dimulai pada, Selasa (21/12). Saat itu waktu baru menunjukkan pukul 19:00 Wita. Seperti biasanya, anak-anak dari dua keluarga yang tinggal seruma ini sedang asyik bermain. Namun sebelumnya anak-anak tersebut telah diberi makan bersama. Sementara di luar rumah, hujan deras terus mengguyur Kota Manado dan sekitarnya. Udara dingin yang merasuk kulit, membuat tiga Balita yakni Farel, Chelsea, dan Meylan harus segera tidur. Kedua orang tua mereka Vita dan Meyta pun, sekira pukul 19:20 Wita, mengantar anak-anak tersebut ke kamar. Meyta dan kedua anaknya Chelsea dan Meylan, menuju ke kamar depan untuk tidur. Sementara Vita dan Farel, tidur di kamar belakang yang berada di bawah gundukan tanah setinggi sekira 10 meter. Di tengah derasnya hujan, tiba-tiba terdengar gemuruh dari belakang rumah. Meyta yang berada di kamar depan berteriak memanggil Vita di belakang. Dan saat bersamaan rumah mereka yang berukuran sekira 5x9 meter itu, ambruk dihantam longsor. Meyta dan kedua anaknya yang tidur di kamar depan, tidak tertimbun tanah. Hanya saja Meylan sempat terkena bahan bangunan yang jatuh. Meyta terus menjerit meminta pertolongan warga sambil memanggil Vita yang tak kelihatan. “Saat itu saya dengar ada suara begitu keras dari belakang. Dan bunyi bangunan yang runtuh,� kata Denny, tetangga korban. Meyta yang saat itu tidak mengalami luka serius, mengevakuasi kedua anaknya Chelsea dan Meylan. Chelsea mengalami luka lecet di wajah, sementara Meylan dihantam tembok di bagian dada dan kepala. “Tolong, tolong,� teriak histeris korban. Saat peristiwa, kepala rumah tangga dari kedua keluarga ini, David Kumaat dan Veky Supit tidak berada di rumah. David, suami Meyta, ada di rumah tetangga yang jaraknya sekitar 20 meter dari rumahnya. David berada di rumah tetangga, untuk berteduh sebentar karena baru pulang dari kerja. Sementara Veky Supit, masih berada di tempat kerjanya di Wisata Bahari. Namun David langsung berlarian menuju ke rumahnya setelah diinformasikan oleh warga, rumahnya tertimbun longsor. David pun kaget melihat peristiwa tersebut. David terlihat gemetaran melihat Meylan putrinya yang sekarat. Meneteskan air mata, David menggendong Meylan bersama Meyta dan Chelsea menuju ke rumah sakit umum Prof Kandou. Namun disayangkan, informasi yang diperoleh, Meylan menghembuskan nafas terakhir dalam perjalanan. Di lokasi kejadian, sekira pukul 21:00 Wita, korban lainnya Vita Lombok dan Farel masih tertimbun longsor. Proses evakuasi yang dilakukan sekitar delapan warga yang dipimpin kepala jaga Albert Sumelang bersama tim SAR, cukup lama. Pencarian akhirnya berhasil. Terdengar dari kedalaman sekira 2,5 meter, suara perempuan berteriak kesakitan. “Halou Vita di mana? Farel bagaimana keadaannya,� tanya sejumlah warga yang melakukan penggalian, antara lain, Stenly, Ale, Wandi, Oni, Deny, dan Adi. Tanah lilin yang menimbuni kedua korban terus digali dan dipindahkan. Perlahan-perlahan dua buah sekop dipakai memindahkan tanah tersebut. Suara korban semakin jelas terdengar. Para warga kemudian menggali menggunakan tangan. 30 menit ‘bergulat’ dengan tanah, Vita pun ditemukan. Mengenakan kaos bercorak putih dan celana pendek yang sudah berlepotan, Vita ditemukan dalam posisi tertelungkup. “Tolong kasihan, anak saya masih di bawah,� kata Vita terisak. Dengan menggunakan tandu, korban digotong dan dibawa ke rumah sakit dalam keadaan tangan dan kaki kirinya patah. Setelah Vita, penggalian kembali dilakukan mencari Farel. Walaupun menurut warga, kemungkinan Farel masih hidup sangat kecil. Apalagi gundukan tanah begitu besar menimbunnya. Sekira pukul 10:30 Wita, bocah yang akrab disapa bota ini, ditemukan sudah tak bernyawa dan segera dibawa ke RS Prof RD Kandou. Lokasi ditemukan tak jauh dari Vita ibunya. Sekira 3 meter dari samping kiri Vita, Farel ditemukan. Sementara itu Fita yang ditemui di instalasi gawat darurat RSU Prof Kandou, tampak syok. Dirinya pun beberapa kali mengeluhkan sakit di bagian kaki dan tangan. Coba dimintai keterangan oleh Manado Post, Vita enggan memberikan keterangan lebih. “Kita masih lelah. Jangan dulu wawancara pa kita (Saya masih lelah. Jangan wawancara saya),� terang Vita sambil memejamkan mata. “Vita da inga-inga depe anak yang masih tatimbun longsor. So itu belum boleh minta keterangan tentang kejadian tadi (Vita lagi ingat anaknya yang masih tertimbun longsor. Karena itu belum bisa dimintai keterangan dengan kejadian tadi (kemarin),� kata Anto, tetangga Vita. Wali Kota Manado Vicky Lumentut sendiri langsung mengunjungi korban di RSU Prof Kandou. Dirinya prihatin dan kasihan dengan kondisi korban. Sementara Kapolresta Manado Kombes Pol Aridan Roeroe melalui Kasubag Humas AKP Markus Sambodeside, membenarkan adanya peristiwa tersebut. (cw-04/cw-01).(sumber dari manadopost) |
Komentar
Posting Komentar